Jumat, 13 Maret 2015

Askep Keperawatan Anak Diare



TUGAS MATA KULIAH KEPERAWATAN ANAK I
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN DIARE
Dosen : Walin, SST,.M.Kes.








Disusun oleh :
Amalia Rizky Primadika                    P17420213078
Andina Citra Nugraheni                     P17420213079
Andriyanto                                          P17420213080
Annisatul Maqhfiroh                          P17420213081
Anugrah Pinundhi IK                          P17420213082
KELAS 2 C



KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN SEMARANG
PRODI DIII KEPERAWATAN PURWOKERTO
TAHUN AJARAN 2014/2015
A.    PENGERTIAN

Diare adalah suatu penyakit dengan tanda-tanda adanya perubahan bentuk dan konsistensi dari tinja, yang melembek sampai mencair dan bertambahnya frekuensi buang air besar biasanya tiga kali atau lebih dalam sehari (Depkes RI, 2005).
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya lebih dari 200 gram atau 200 ml/24 jam (Simadibrata, 2006).
Diare adalah berak-berak yang lebih sering dari biasanya (3 x atau lebih dalam sehari) dan berbentuk encer, bahkan dapat berupa seperti air saja, kadang-kadang juga disertai dengan muntah, panas dan lain-lain (Widoyono, 2008).
Diare merupakan suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak normal atau tidak seperti biasanya. Perubahan yang terjadi berupa peningkatan volume, keenceran dan frekuensi dengan atau tanpa lendir darah, seperti lebih dari 3 kali/hari dan pada neonatus lebih dari 4 kali/hari (Hidayat, Aziz Alimul, 2008).
Diare adalah kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang terjadi karena frekuensi satu kali atau lebih buang air besar dengan bentuk tinja yang encer atau cair (Suriadi dan Rita Yulianni, 2006).
Diare adalah peningkatan dalam frekuensi buang air besar (kotoran), serta pada kandungan air dan volume kotoran itu. Para Odha sering mengalami diare. Diare dapat menjadi masalah berat. Diare yang ringan dapat pulih dalam beberapa hari. Namun, diare yang berat dapat menyebabkan dehidrasi (kekurangan cairan) atau masalah gizi yang berat (Yayasan Spiritia, 2011)




B.    GAMBAR




C.    ETIOLOGI
Menurut Ngastiyah, 2005 :
1.     Faktor infeksi
a.      Infeksi enteral. Infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama diare pada anak, meliputi infeksi bakteri (Vibrio, E. coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter, Yersinia, Aeromonas, dsb), infeksi virus (Enterovirus, Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus, dll), infeksi parasit (E. hystolytica, G. lamblia, T. hominis) dan jamur (C. albicans).
b.     Infeksi parenteral. Merupakan infeksi di luar sistem pencernaan yang dapat menimbulkan diare seperti: otitis media akut, tonsilitis,bronkopneumonia, ensefalitis, dsb.
2.     Faktor malabsorbsi
Malabsorbsi karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa). Intoleransi laktosa merupakan penyebab diare yang terpenting pada bayi dan anak. Di samping itu dapat pula terjadi malabsorbsi lemak dan protein.
3.     Faktor makanan
Diare dapat terjadi karena mengkonsumsi makanan basi, beracun dan alergi terhadap jenis makanan tertentu.
4.     Faktor psikologis
Diare dapat terjadi karena faktor psikologis (rasa takut dan cemas), jarang terjadi tetapi dapat ditemukan pada anak yang lebih besar.
Menurut World GastroenterologyOrganization Global Guidelines 2005, etiologi diare akut dibagi atas empat penyebab :
1.     Bakteri : Shigella, Salmonella, E. coli, Gol. Vibrio, Bacillus cereus, Clostridium perfringens, Stafilokokus aureus, Campylobacter aeromonas.
2.     Virus : Rotavirus, Adenovirus, Norwalk virus, Coronavirus, Astrovirus.
3.     Parasit : Prorozoa, Entamoeba histolytica, Giardia lamblia, Balantidium coli, Trichuris trichiura, Cryptosporidium parvum, Strongyloides stercoralis.
4.     Non infeksi : malabsorbsi, keracunan makanan, alergi, gangguan motilitas, imunodefisiensi, kesulitan makan, dll.
D.    TANDA DAN GEJALA
Mula-mula anak cengeng, gelisah, suhu tubuh naik, nafsu makan berkurang kemudian timbul diare. Tinja mungkin disertai lendir dan darah. Warna tinja makin lama berubah kehijauan karena bercampur dengan empedu, daerah anus dan sekitarnya timbul luka lecet karena sering defikasi dan tinja yang asam akibat laktosa yang tidak diabsorbsi usus selama diare. Gejala muntah dapat timbul sebelum atau selama diare dan dapat disebabkan karena lambung turut meradang atau akibat gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit. Bila kehilangan cairan terus berlangsung tanpa pergantian yang memadai gejala dehidrasi mulai tampak yaitu : BB turun, turgor kulit berkurang, mata dan ubun-ubun cekung (bayi), selaput lendir bibir dan mulut, serta kulit kering.
Bila berdasarkan terus berlanjut, akan terjadi renjatan hypovolemik dengan gejala takikardi, denyut jantung menjadi cepat, nadi lemah dan tidak teraba, tekanan daran turun, pasien tampak lemah dan kesadaran menurun, karena kurang cairan, deuresis berkurang (oliguria-anuria). Bila terjadi asidosis metabolik pasien akan tampak pucat, nafas cepat dan dalam (pemafasan kusmaul).

E.     PATOFISIOLOGI DAN PATHWAY
Fungsi utama dari saluran cerna adalah menyiapkan makanan untuk keperluan hidup sel, pembatasan sekresi empedu dari hepar dan pengeluaran sisa-sisa makanan yang tidak dicerna. Fungsi tadi memerlukan berbagai proses fisiologi pencernaan yang majemuk, aktivitas pencernaan itu dapat berupa: (Sommers,1994; Noerasid, 1999 cit Sinthamurniwaty 2006)
1.    Proses masuknya makanan dari mulut kedalam usus.
2.  Proses pengunyahan (mastication) : menghaluskan makanan secara mengunyah dan mencampur.dengan enzim-enzim di rongga mulut
3.  Proses penelanan makanan (diglution) : gerakan makanan dari mulut ke gaster
4.  Pencernaan (digestion) : penghancuran makanan secara mekanik, percampuran dan hidrolisa bahan makanan dengan enzim-enzim
5.  Penyerapan makanan (absorption): perjalanan molekul makanan melalui selaput lendir usus ke dalam. sirkulasi darah dan limfe.
6.  Peristaltik: gerakan dinding usus secara ritmik berupa gelombang kontraksi sehingga makanan bergerak dari lambung ke distal.
7.  Berak (defecation) : pembuangan sisa makanan yang berupa tinja.
Dalam keadaan normal dimana saluran pencernaan berfungsi efektif akan menghasilkan ampas tinja sebanyak 50-100 gr sehari dan mengandung air sebanyak 60-80%. Dalam saluran gastrointestinal cairan mengikuti secara pasif gerakan bidireksional transmukosal atau longitudinal intraluminal bersama elektrolit dan zat zat padat lainnya yang memiliki sifat aktif osmotik. Cairan yang berada dalam saluran gastrointestinal terdiri dari cairan yang masuk secara per oral, saliva, sekresi lambung, empedu, sekresi pankreas serta sekresi usus halus. Cairan tersebut diserap usus halus, dan selanjutnya usus besar menyerap kembali cairan intestinal, sehingga tersisa kurang lebih 50-100 gr sebagai tinja.
Motilitas usus halus mempunyai fungsi untuk:
1.  Menggerakan secara teratur bolus makanan dari lambung ke sekum
2.  Mencampur khim dengan enzim pankreas dan empedu
3.  Mencegah bakteri untuk berkembang biak.
Faktor-faktor fisiologi yang menyebabkan diare sangat erat hubungannya satu dengan lainnya. Misalnya bertambahnya cairan pada intraluminal akan menyebabkan terangsangnya usus secara mekanis, sehingga meningkatkan gerakan peristaltik usus dan akan mempercepat waktu lintas khim dalam usus. Keadaan ini akan memperpendek waktu sentuhan khim dengan selaput lendir usus, sehingga penyerapan air, elektrolit dan zat lain akan mengalami gangguan.
Berdasarkan gangguan fungsi fisiologis saluran cerna dan macam penyebab dari diare, maka patofisiologi diare dapat dibagi dalam 3 macam kelainan pokok yang berupa :
1.     Kelainan gerakan transmukosal air dan elektrolit (karena toksin)
Gangguan reabsorpsi pada sebagian kecil usus halus sudah dapat menyebabkan diare, misalnya pada kejadian infeksi. Faktor lain yang juga cukup penting dalam diare adalah empedu. Ada 4 macam garam empedu yang terdapat di dalam cairan empedu yang keluar dari kandung empedu. Dehidroksilasi asam dioksikholik akan menyebabkan sekresi cairan di jejunum dan kolon, serta akan menghambat absorpsi cairan di dalam kolon. Ini terjadi karena adanya sentuhan asam dioksikholik secara langsung pada permukaan mukosa usus. Diduga bakteri mikroflora usus turut memegang peranan dalam pembentukan asam dioksi kholik tersebut. Hormon-hormon saluran cerna diduga juga dapat mempengaruhi absorpsi air pada mukosa. usus manusia, antara lain adalah: gastrin, sekretin, kholesistokinin dan glukogen. Suatu perubahan PH cairan usus juga. dapat menyebabkan terjadinya diare, seperti terjadi pada Sindroma Zollinger Ellison atau pada Jejunitis.
2.     Kelainan cepat laju bolus makanan didalam lumen usus (invasive diarrhea)
Suatu proses absorpsi dapat berlangsung sempurna dan normal bila bolus makanan tercampur baik dengan enzim-enzim saluran cerna dan. berada dalam keadaan yang cukup tercerna. Juga. waktu sentuhan yang adekuat antara khim dan permukaan mukosa usus halus diperlukan untuk absorpsi yang normal. Permukaan mukosa usus halus kemampuannya berfungsi sangat kompensatif, ini terbukti pada penderita yang masih dapat hidup setelah reseksi usus, walaupun waktu lintas menjadi sangat singkat. Motilitas usus merupakan faktor yang berperanan penting dalam ketahanan local mukosa usus. Hipomotilitas dan stasis dapat menyebabkan mikro organisme berkembang biak secara berlebihan (tumbuh lampau atau overgrowth) yang kemudian dapat merusak mukosa usus, menimbulkan gangguan digesti dan absorpsi, yang kemudian menimbulkan diare. Hipermotilitas dapat terjadi karena rangsangan hormon prostaglandin, gastrin, pankreosimin; dalam hal ini dapat memberikan efek langsung sebagai diare. Selain itu hipermotilitas juga dapat terjadi karena pengaruh enterotoksin staphilococcus maupun kholera atau karena ulkus mikro yang invasif o1eh Shigella atau Salmonella.Selain uraian di atas haruslah diingat bahwa hubungan antara aktivitas otot polos usus,gerakan isi lumen usus dan absorpsi mukosa usus merupakan suatu mekanisme yang sangat kompleks.
3.     Kelainan tekanan osmotik dalam lumen usus (virus).
Dalam beberapa keadaan tertentu setiap pembebanan usus yang melebihi kapasitas dari pencernaan dan absorpsinya akan menimbulkan diare. Adanya malabsorpsi dari hidrat arang, lemak dan zat putih telur akan menimbulkan kenaikan daya tekanan osmotik intra luminal, sehingga akan dapat menimbulkan gangguan absorpsi air. Malabsorpsi hidrat arang pada umumnya sebagai malabsorpsi laktosa yang terjadi karena defesiensi enzim laktase. Dalam hal ini laktosa yang terdapat dalam susu tidak sempurna mengalami hidrolisis dan kurang di absorpsi oleh usus halus. Kemudian bakteri-bakteri dalam usus besar memecah laktosa menjadi monosakharida dan fermentasi seterusnya menjadi gugusan asam organik dengan rantai atom karbon yang lebih pendek yang terdiri atas 2-4 atom karbon. Molekul-molekul inilah yang secara aktif dapat menahan air dalam lumen kolon hingga terjadi diare. Defisiensi laktase sekunder atau dalam pengertian yang lebih luas sebagai defisiensi disakharidase (meliputi sukrase, maltase, isomaltase dan trehalase) dapat terjadi pada setiap kelainan pada mukosa usus halus. Hal tersebut dapat terjadi karena enzim-enzim tadi terdapat pada brush border epitel mukosa usus. Asam-asam lemak berantai panjang tidak dapat menyebabkan tingginya tekanan osmotik dalam lumen usus karena asam ini tidak larut dalam air..
Description: Pathway Diare
F.     KLASIFIKASI
1.  Menurut Simadibrata (2006), diare dapat diklasifikasikan berdasarkan :
a.    Lama waktu diare
1)    Diare akut
yaitu diare yang berlangsung kurang dari 15 hari. Sedangkan menurut World Gastroenterology Organization Global Guidelines (2005) diare akut didefinisikan sebagai pasase tinja yang cair atau lembek dengan jumlah lebih banyak dari normal, berlangsung kurang dari 14 hari. Diare akut biasanya sembuh sendiri, lamanya sakit kurang dari 14 hari, dan akan mereda tanpa terapi yang spesifik jika dehidrasi tidak terjadi (Wong, 2009).

2)    Diare kronik adalah diare yang berlangsung lebih dari 15 hari.
b.    Mekanisme patofisiologik
      1)    Osmolalitas intraluminal yang meninggi atau sekretorik.
      2)    Sekresi cairan dan elektrolit meninggi.
      3)    Malabsorbsi asam empedu.
      4)    Defek sistem pertukaran anion
      5)    Motilitas dan waktu transport usus abnormal.
      6)    Gangguan permeabilitas usus.
      7)    Inflamasi dinding usus, disebut diare inflamatorik.
      8)    Infeksi dinding usus, disebut diare infeksi.
c.    Penyakit infektif atau non-infektif.
d.    Penyakit organik atau fungsional

2.  Menurut WHO (2005) diare dapat diklasifikasikan kepada:
      a.    Diare akut, yaitu diare yang berlangsung kurang dari 14 hari.
      b.    Disentri, yaitu diare yang disertai dengan darah.
      c.     Diare persisten, yaitu diare yang berlangsung >14 hari.
      d.    Diare yang disertai dengan malnutrisi berat

3.  Menurut Ahlquist dan Camilleri (2005), diare dibagi menjadi
a.    Akut
Apabila kurang dari 2 minggu, persisten jika berlangsung selama 2-4 minggu. Lebih dari 90% penyebab diare akut adalah agen penyebab infeksi dan akan disertai dengan muntah, demam dan nyeri pada abdomen. 10% lagi disebabkan oleh pengobatan, intoksikasi, iskemia dan kondisi lain.
b.    Kronik
Jika berlangsung lebih dari 4 minggu. Berbeda dengan diare akut, penyebab diare yang kronik lazim disebabkan oleh penyebab non infeksi seperti allergi dan lain-lain.

4.  Menurut Kliegman, Marcdante dan Jenson (2006), dinyatakan bahwa berdasarkan banyaknya kehilangan cairan dan elektrolit dari tubuh, diare dapat dibagi menjadi :
a.    Diare tanpa dehidrasi
Pada tingkat diare ini penderita tidak mengalami dehidrasi karena frekuensi diare masih dalam batas toleransi dan belum ada tanda-tanda dehidrasi.
b.    Diare dengan dehidrasi ringan (3%-5%)
Pada tingkat diare ini penderita mengalami diare 3 kali atau lebih, kadang-kadang muntah, terasa haus, kencing sudah mulai berkurang, nafsu makan menurun, aktifitas sudah mulai menurun, tekanan nadi masih normal atau takikardia yang minimum dan pemeriksaan fisik dalam batas normal.
c.    Diare dengan dehidrasi sedang (5%-10%)
Pada keadaan ini, penderita akan mengalami takikardi, kencing yang kurang atau langsung tidak ada, irritabilitas atau lesu, mata dan ubun-ubun besar menjadi cekung, turgor kulit berkurang, selaput lendir bibir dan mulut serta kulit tampak kering, air mata berkurang dan masa pengisian kapiler memanjang (≥ 2 detik) dengan kulit yang dingin yang dingin dan pucat.
d.    Diare dengan dehidrasi berat (10%-15%)
     Pada keadaan ini, penderita sudah banyak kehilangan cairan dari tubuh dan biasanya pada keadaan ini penderita mengalami takikardi dengan pulsasi yang melemah, hipotensi dan tekanan nadi yang menyebar, tidak ada penghasilan urin, mata dan ubun-ubun besar menjadi sangat cekung, tidak ada produksi air mata, tidak mampu minum dan keadaannya mulai apatis, kesadarannya menurun dan juga masa pengisian kapiler sangat memanjang (≥ 3 detik) dengan kulit yang dingin dan pucat.

G.    PEMERIKSAAN PENUNJANG
a.      Pemeriksaan tinja.
b.     Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah astrup, bila memungkinkan dengan menentukan PH keseimbangan analisa gas darah atau astrup, bila memungkinkan.
c.      Pemeriksaan kadar ureum dan creatinin untuk mengetahui fungsi ginjal.
d.     Pemeriksaan elektrolit intubasi duodenum untuk mengetahui jasad renik atau parasit secara kuantitatif, terutama dilakukan pada klien diare kronik.
Pemeriksaan Fisik
1.     Tanda-tanda vital
Suhu badan                 : mengalami peningkatan
Nadi                            : cepat dan lemah
Pernafasan                  : frekuensi nafas meningkat
Tekanan darah            : menurun
2.     Antropometri
Pemeriksaan antropometri meliputi berat badan, tinggi badan, lingkar kepala, lingkar lengan, dan lingkar perut. Pada anak dengan diare mengalami penurunan berat badan.
3.     Pernafasan
Biasanya pernapasan agak cepat, bentuk dada normal, dan tidak ditemukan bunyi nafas tambahan.
4.     Cardiovasculer
Biasanya tidak ditemukan adanya kelainan, denyut nadi cepat dan lemah.
5.     Pencernaan
Ditemukan gejala mual dan muntah, mukosa bibir dan mulut kering, peristaltik usus meningkat, anoreksia, BAB lebih 3 x dengan konsistensi encer
6.     Perkemihan
Volume diuresis menurun.
7.     Muskuloskeletal
Kelemahan fisik akibat output yang berlebihan.
8.     Integumen
lecet pada sekitar anus, kulit teraba hangat, turgor kulit jelek
9.     Endokrin
Tidak ditemukan adanya kelaianan.
10.  Penginderaan
Mata cekung, Hidung, telinga tidak ada kelainan
11.  Reproduksi
Tidak mengalami kelainan.
12.  Neorologis
Dapat terjadi penurunan kesadaran.

H.    PENATALAKSANAAN
Penanggulangan kekurangan cairan merupakan tindakan pertama dalam mengatasi pasien diare. Hal sederhana seperti meminumkan banyak air putih atau oral rehidration solution (ORS) seperti oralit harus cepat dilakukan. Pemberian ini segera apabila gejala diare sudah mulai timbul dan kita dapat melakukannya sendiri di rumah. Kesalahan yang sering terjadi adalah pemberian ORS baru dilakukan setelah gejala dehidrasi nampak.
Pada penderita diare yang disertai muntah, pemberian larutan elektrolit secara intravena merupakan pilihan utama untuk mengganti cairan tubuh, atau dengan kata lain perlu diinfus. Masalah dapat timbul karena ada sebagian masyarakat yang enggan untuk merawat-inapkan penderita, dengan berbagai alasan, mulai dari biaya, kesulitam dalam menjaga, takut bertambah parah setelah masuk rumah sakit, dan lain-lain. Pertimbangan yang banyak ini menyebabkan respon time untuk mengatasi masalah diare semakin lama, dan semakin cepat penurunan kondisi pasien kearah yang fatal.
Diare karena virus biasanya tidak memerlukan pengobatan lain selain ORS. Apabila kondisi stabil, maka pasien dapat sembuh sebab infeksi virus penyebab diare dapat diatasi sendiri oleh tubuh (self-limited disease).
Diare karena infeksi bakteri dan parasit seperti Salmonella sp, Giardia lamblia, Entamoeba coli perlu mendapatkan terapi antibiotik yang rasional, artinya antibiotik yang diberikan dapat membasmi kuman.
Oleh karena penyebab diare terbanyak adalah virus yang tidak memerlukan antibiotik, maka pengenalan gejala dan pemeriksaan laboratorius perlu dilakukan untuk menentukan penyebab pasti. Pada kasus diare akut dan parah, pengobatan suportif didahulukan dan terkadang tidak membutuhkan pemeriksaan lebih lanjut kalau kondisi sudah membaik.

I.       KOMPLIKASI
a.      Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik/ hipertonik)
b.     Renjatan hipovolemik
c.      Hipokalemia/ dengan gejala meteorismus, hipotoni otot, lemah, takikardia,perubahan EKG
d.     Hipoglikemia
e.      Intoleransi sekunder akibat kerusakan vili mukosa usus dan defisiensi enzim laktosa
f.      Kejang, pada dehidrasi hipertonik
g.     Malnutrisi energi protein (muntah dan mual bila lama/ kronik)
J.      PENCEGAHAN
a.      Mencuci tangan. Anak harus diajarkan untuk mencuci tangannya, sedangkan pada bayi sering dilap tangannya. Bunda pun juga harus sering mencuci tangan, terutama saat memberi makan pada anak dan setelah memegang sesuatu yang kotor seperti setelah membersihkan kotoran bayi atau anak.
b.     Tutup makanan dengan tudung saji.
c.      Masak air minum dan makanan hingga matang.
d.     Jaga kebersihan makanan dan minuman, berikan ASI eksklusif minimal 6 bulan karena ASI mengandung immunoglobulin. Untuk bayi yang "terpaksa"  menggunakan susu formula, maka dotnya harus dicuci bersih dan disterilkan dengan baik.

K.    CARA PENULARAN
1.     Penularan secara langsung : Penyakit diare dapat ditularkan dari orang satu ke orang lain secara langsung melalui fecal – oral dengan media penularan utama adalah makanan atau minuman yang terkontaminasi agen penyebab diare (Suharyono, 1991). Penderita diare berat akan mengeluarkan kuman melalui tinja, jika pembuangan tinja tidak dilakukan pada jamban tertutup, maka akan berpotensi sebagai sumber penularan.
2.     Penularan secara tidak langsung : Penyakit diare dapat juga ditularkan secara tidak langsung melalui air. Air yang tercemar kuman, bila digunakan orang untuk keperluan sehari-hari tanpa direbus atau dimasak terlebih dahulu, maka kuman akan masuk ke tubuh orang yang memakainya, sehingga orang tersebut dapat terkena diare.

3.     ASUHAN KEPERAWATAN
a. Pengkajian
1.    Identitas
Perlu diperhatikan adalah usia. Episode diare terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan. Insiden paling tinggi adalah golongan umur 6-11 bulan. Kebanyakan kuman usus merangsang kekebalan terhadap infeksi, hal ini membantu menjelaskan penurunan insidence penyakit pada anak yang lebih besar. Pada umur 2 tahun atau lebih imunitas aktif mulai terbentuk. Kebanyakan kasus karena infeksi  usus asimptomatik dan kuman enteric menyebar terutama klien tidak menyadari adanya infeksi. Status ekonomi juga berpengaruh terutama dilihat dari pola makan dan perawatannya .
2.  Keluhan Utama
BAB lebih dari 3 x, muntah, diare,  kembung, demam.
3.  Riwayat Penyakit Sekarang
BAB warna kuning kehijauan, bercamour lendir dan darah atau lendir saja. Konsistensi encer, frekuensi lebih dari 3 kali, waktu pengeluaran : 3-5 hari (diare akut), lebih dari 7 hari ( diare berkepanjangan), lebih dari 14 hari (diare kronis).
4.  Riwayat Penyakit Dahulu
Pernah mengalami diare sebelumnya, pemakian antibiotik atau kortikosteroid jangka panjang (perubahan candida albicans dari saprofit menjadi parasit), alergi makanan, ISPA, ISK, OMA campak.
5.  Riwayat Nutrisi
Pada anak usia toddler makanan yang diberikan seperti pada orang dewasa, porsi yang diberikan 3 kali setiap hari dengan tambahan buah dan susu. kekurangan gizi pada anak usia toddler sangat rentan,. Cara pengelolahan makanan yang baik, menjaga kebersihan dan sanitasi makanan, kebiasan cuci tangan.
6.  Riwayat Kesehatan Keluarga
Ada salah satu keluarga yang mengalami diare.
7.  Riwayat Kesehatan Lingkungan
Penyimpanan  makanan pada suhu kamar, kurang menjaga kebersihan, lingkungan tempat tinggal.
8.  Pemeriksaan Fisik
a.    pengukuran panjang badan, berat badan menurun, lingkar lengan mengecil, lingkar kepala, lingkar abdomen membesar,
b.    keadaan umum : klien lemah, gelisah, rewel, lesu, kesadaran menurun.
c.    Kepala : ubun-ubun tak teraba cekung karena sudah menutup pada anak umur 1 tahun lebih
d.    Mata : cekung, kering, sangat cekung
e.    Sistem pencernaan : mukosa mulut kering, distensi abdomen, peristaltic meningkat > 35 x/mnt, nafsu makan menurun, mual muntah, minum normal atau tidak haus, minum lahap dan kelihatan haus, minum sedikit atau kelihatan bisa minum
f.     Sistem Pernafasan : dispnea, pernafasan cepat > 40 x/mnt karena asidosis metabolic (kontraksi otot pernafasan)
g.    Sistem kardiovaskuler : nadi cepat > 120 x/mnt dan lemah, tensi menurun pada diare sedang .
h.     Sistem integumen : warna kulit pucat, turgor menurun > 2 dt, suhu meningkat > 375 0 c, akral hangat, akral dingin (waspada syok), capillary refill time memajang > 2 dt, kemerahan pada daerah perianal.
i.      Sistem perkemihan : urin produksi oliguria sampai anuria (200-400 ml/ 24 jam ), frekuensi berkurang dari sebelum sakit.
j.      Dampak hospitalisasi : semua anak sakit yang MRS bisa mengalami stress yang berupa perpisahan, kehilangan waktu bermain, terhadap tindakan invasive respon yang ditunjukan adalah protes, putus asa, dan kemudian menerima.
b. Pola Fungsi Kesehatan
      a.    Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan : kebiasaan bab di wc /  jamban / sungai / kebun, personal hygiene ?, sanitasi ?, sumber air minum ?
      b.    Pola nutrisi dan metabolisme : anoreksia, mual, muntah, makanan / minuman terakhir yang dimakan, makan makanan yang tidak biasa / belum pernah dimakan, alergi, minum ASI atau susu formula, baru saja ganti susu, salah makan, makan berlebihan, efek  samping obat, jumlah cairan yang masuk selama diare, makan / minum di warung ?
               c.    Pola eleminasi
                        a.    Bab : frekuensi, warna, konsistensi, bau, lendir, darah
                        b.    Bak : frekuensi, warna, bak 6 jam terakhir ?, oliguria, anuria
               d.    Pola aktifitas dan latihan : travelling
               e.    Pola tidur dan istirahat
               f.     Pola kognitif dan perceptual
               g.    Pola toleransi dan koping stress
               h.    Pola nilai dan keyakinan
               i.      Pola hubungan dan peran
               j.      Pola persepsi diri dan konsep diri
               k.      Pola seksual dan reproduksi
      
c. Diagnosa Keperawatan



1.    Diare b.d factor psikologis  (tingkat stress dan   cemas tinggi), faktor  situasional ( keracunan, penyalahgunaan laksatif,  pemberian makanan melalui selang efek samping obat, kontaminasi, traveling), factor fisiologis (inflamasi, malabsorbsi, proses infeksi, iritas, parasit)
2.    Hipertermi b.d peningkatan metabolic, dehidrasi, proses infeksi,   medikasi
3.    Kekurangan volume cairan b.d kehilangan volume cairan aktif, kegagalan dalam mekanisme pengaturan.
4.    PK : Syok hipovolemik b.d dehidrasi
5.    Takut b.d tindakan inva-sif, hospitalisasi, penga-laman lingkungan yang kurang bersahabat.
6.    Cemas orang tua b.d perkembangan  penyakit anaknya (diare, muntah, panas, kembung).
7.    Kurang pengetahuan tentang penyakit diare b.d kurang informasi, keterbatasan kognisi, tidak familiar dengan sumber informasi
8.  Pola nafas tidak efektif b.d  hiperventilasi
9. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara kebutuhan dan suplai oksigen

d. Intervensi

NO
DIAGNOSA  KEP
NOC / TUJUAN
NIC / INTERVENSI
1.
Diare b.d faktor psiko-logis (stress, cemas), faktor situasional (kera-cunan, kontaminasi, pem-berian makanan melalui selang, penyalahgunaan laksatif, efek samping obat, travelling, malab-sorbsi, proses infeksi, parasit, iritasi)

Batasan karakteristik :
Bab > 3 x/hari
-     Konsistensi encer / cair
-     Suara usus hiperaktif
-     Nyeri perut
-     Kram


Setelah dilakukan tindakan perawatan selama … X 24 jam pasien tidak me-ngalami diare / diare berkurang, dengan kriteria :

Bowel Elemination (0501)
-          Frekuensi bab normal < 3 kali / hari
-          Konsistensi feses normal (lunak dan berbentuk)
-     Gerakan usus tidak me-ningkat (terjadi tiap 10 -30 detik)
-    Warna feses normal
-     Tidak ada lendir, darah
-     Tidak ada nyeri
-     Tidak ada diare
-     Tidak ada  kram
-      Peristaltic tidak tampak
-    Bau fese normal (tidak amis, bau busuk)
   Manajemen Diare (0460)
1.   Identifikasi faktor yang mungkin me-nyebabkan diare (bakteri, obat, makanan, selang makanan, dll )
2.    Evaluasi efek samping obat
3.   Ajari pasien menggunakan obat diare dengan tepat (smekta diberikan  1-2 jam setelah minum obat yang lain)
4.   Anjurkan pasien / keluarga untuk men-catat warna, volume, frekuensi, bau, konsistensi feses.
5.   Dorong klien makan sedikit tapi sering (tambah secara bertahap)
6.    Anjurkan klien menghindari makanan yang berbumbu dan menghasilkan gas.
7.    Sarankan klien untuk menghindari ma-kanan yang banyak mengandung laktosa.
8.    Monitor tanda dan gejala diare
9.    Anjurkan klien untuk menghubungi pe-tugas setiap episode diare
10. Observasi turgor kulit secara teratur
11. Monitor area kulit di daerah perianal dari iritasi dan ulserasi
12. Ukur diare / keluaran isi usus
13. Timbang Berat Badan secara teratur
14. Konsultasikan dokter jika tanda dan gejala diare menetap.
15. Kolaborasi dokter jika ada peningkatan suara  usus
16Anjurkan diet rendah serat
18. Anjurkan untuk menghindari laksatif
19. Ajari klien / keluarga bagaimana meme-lihara  catatan makanan
20. Ajari klien teknik mengurangi stress
21. Monitor keamanan preparat makanan

Manajemen Nutrisi (1100)
1.    Hindari makanan yang  membuat alergi
2.    Hindari makanan yang tidak bisa di-toleransi  oleh klien
3.    Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan kebutuhan kalori dan jenis makanan yang dibutuhkan
4.    Berikan makanan secara selektif
5.    Berikan buah segar (pisang) atau jus buah
6.    Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi  yang dibutuhkan kien dan ba-gaimana  cara makannya

Bowel Incontinence Care (0410)
1.    Tentukan faktor fisik atau psikis yang menyebabkan diare.
2.    Terangkan penyebab masalah dan alasan dilakukan tindakan.
3.    Diskusikan prosedur dan hasil yang diharapkan dengan klien / keluarga
4.    Anjurkan klien / keluarga untuk  mencatat keluaran feses
5.    Cuci area perianal dengan sabun dan air dan keringkan setiap setelah habis bab
6.    Gunakan  cream di area perianal
7.    Jaga tempat tidur selalu bersih dan kering
 
   Perawatan Perineal (1750)
1.    Bersihkan secara teratur dengan teknik aseptik
2.    Jaga daerah perineum selalu kering
3.    Pertahankan klien pada posisi yang nyaman
4.    Berikan obat anti nyeri / inflamasi dengan tepat
2.
Hipertermi b.d dehidrasi, peningkatan metabolik, inflamasi usus

Batasan karakteristik :
-     Suhu tubuh > normal
-     Kejang
-     Takikardi
-      Respirasi meningkat
-      Diraba hangat
-      Kulit memerah
Setelah dilakukan tindakan perawatan selama … X 24 jam suhu badan klien normal, dengan criteria :

Termoregulasi (0800)
-     Suhu kulit normal
-     Suhu badan 35,9˚C-  37,3˚C
-     Tidak ada sakit kepala
-     Tidak ada nyeri otot
-     Tidak ada perubahan war-na kulit
-      Nadi, respirasi dalam ba-tas normal
-      Hidrasi adekuat
-      Pasien menyatakan   nya-man
-      Tidak menggigil
-      Tidak iritabel / kejang
Pengaturan Panas (3900)
1.    Monitor suhu sesuai kebutuhan
2.   Monitor  tekanan darah, nadi dan respirasi
3.    Monitor suhu dan warna kulit
4.   Monitor dan laporkan tanda dan gejala  hipertermi
5.   Anjurkan intake cairan dan nutrisi yang adekuat
6.   Ajarkan klien bagaimana mencegah panas yang    tinggi
7.   Berikan obat antipiretik
8.   Berikan obat  untuk mencegah atau mengontrol  menggigil

Pengobatan Panas (3740)
1.    Monitor suhu sesuai kebutuhan
2.    Monitor IWL
3.    Monitor suhu dan warna kulit
4.   Monitor tekanan darah, nadi dan respirasi
5.    Monitor derajat penurunan kesadaran
6.    Monitor kemampuan aktivitas
7.    Monitor leukosit, hematokrit
8.    Monitor intake dan output
9.    Monitor adanya aritmia jantung
10. Dorong peningkatan intake cairan
11. Berikan cairan intravena
12. Tingkatkan sirkulasi udara dengan kipas angin
13. Dorong atau lakukan oral hygiene
14. Berikan obat antipiretik untuk mencegah pasien menggigil / kejang
15. Berikan obat antibiotic untuk mengobati penyebab demam
16. Berikan oksigen
17. Kompres dingin diselangkangan, dahi dan aksila bila suhu badan  39˚C atau lebih
18. Kompres hangat diselangkangan, dahi dan aksila bila suhu badan  < 39˚C
19. Anjurkan klien untuk tidak memakai selimut 
20. Anjurkan klien memakai   baju berbahan dingin, tipis dan menyerap keringat

Manajemen Lingkungan (6480)
1.   Berikan ruangan sendiri sesuai indikasi
2.    Berikan tempat tidur dan kain / linen yang bersih  dan nyaman
3.    Batasi pengunjung

Mengontrol Infeksi (6540)
1.   Anjurkan klien untuk mencuci tangan sebelum makan
2.   Gunakan sabun untuk mencuci tangan
3.   Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan  kegiatan perawatan 
4.   Ganti tempat infuse dan bersihkan sesuai dengan  SOP
5.    Berikan perawatan kulit di area yang odem
6.   Dorong klien untuk cukup istirahat
7.   Lakukan pemasangan infus dengan teknik aseptik    
8.
 3.
Kekurangan volume ca-iran b.d  intake kurang, kehilangan volume cairan aktif, kegagalan dalam mekanisme pengaturan

Batasan karakteristik :
Kelemahan
-     Haus
-     Penurunan turgor    kulit
-    Membran mucus / kulit kering
-    Nadi meningkat, te-kanan darah  menu-run, tekanan nadi menurun
-    Penurunan pengisian kapiler
-    Perubahan status mental
-    Penurunan urin out-put
-    Peningkatan konsen-trasi urin
-    Peningkatan suhu tubuh
-     Hematokrit mening-kat
-     Kehilangan berat ba-dan mendadak.











Setelah dilakukan tindakan perawatan selama … X 24  jam kebutuhan  cairan dan elektrolit adekuat, dengan kriteria :

Hidrasi (0602)
-     Hidrasi kulit adekuat
-     Tekanan darah dalam ba-tas normal
-     Nadi teraba
-     Membran mukosa lembab
-     Turgor kulit normal
-     Berat badan stabil dan dalam batas normal
-     Kelopak mata tidak ce-kung
-     Fontanela tidak cekung
-     Urin output normal
-     Tidak demam
-     Tidak ada rasa haus yang sangat
-     Tidak ada napas pendek  / kusmaul
   
   Balance Cairan (0601)
-    Tekanan darah normal
-    Nadi perifer teraba
-    Tidak terjadi ortostatik hypotension
-     Intake-output seimbang dalam 24 jam
-     Serum, elektrolit dalam  batas normal.
-     Hmt dalam batas normal
-     Tidak ada suara napas  tambahan
-     BB stabil
-     Tidak ada asites, edema perifer
-     Tidak ada distensi vena leher
-     Mata tidak cekung
-     Tidak bingung
-     Rasa haus tidak berlebih-an
-      Membrane mukosa lem-bab
-      Hidrasi kulit adekuat
  M     Monitor Cairan (4130)
1.   Tentukan riwayat jenis dan banyaknya intake cairan dan kebiasaan eleminasi
2.   Tentukan faktor resiko yang menyebabkan ketidakseimbangan cairan (hipertermi, diu-retik, kelainan ginjal, muntah, poliuri, diare, diaporesis, terpapar panas, infeksi)
3.    Menimbang BB secara teratur
4.    Monitor vital sign
5.    Monitor intake dan output
6.   Periksa serum, elektrolit dan membatasi  cairan bila diperlukan
7.   Jaga keakuratan catatan intake dan output
8.   Monitor membrane mukosa, turgor kulit dan  rasa  haus
9.   Monitor warna dan jumlah urin
10. Monitor distensi vena leher, krakles,  odem perifer dan peningkatan berat badan.
11. Monitor akses intravena
12.  Monitor tanda dan gejala asites
13. Catat adanya vertigo
14. Pertahankan aliran infuse sesua advis dokter

Manajemen Cairan (4120)
1.    Timbang berat badan dan monitor ke-cenderungannya.
2.    Timbang popok
3.    Pertahankan keakuratan catatan intake dan output
4.    Pasang kateter bila perlu
5.    Monitor status hidrasi (kelembaban membrane mukosa, denyut nadi, tekanan darah)
6.    Monitor vital sign
7.    Monitor tanda-tanda overhidrasi / ke-lebihan cairan (krakles, edema perifer, distensi vena leher, asites, edema pulmo)
8.    Berikan cairan intravena
9.    Monitor status nutrisi
10. Berikan intake oral selama 24 jam
11. Berikan cairan dengan selang (NGT) bila  perlu
12.  Monitor respon pasien terhadap terapi elektrolit
13. Kolaborasi dokter jika ada tanda dan gejala kelebihan cairan

   Manajemen Hipovolemia (4180)
1.   Monitor status cairan  intake dan output
2.   Pertahankan patensi akses intravena
3.    Monitor Hb dan Hct
4.    Monitor kehilangan cairan (muntah dan  diare)
5.    Monitor tanda vital
9.    Monitor  IWL (misalnya : diaporesis)
10. Anjurkan klien untuk menghindari meng-ubah  posisi dengan cepat, dari tidur ke duduk atau berdiri
11. Monitor berat badan secara teratur
12. Monitor tanda-tanda 
13. Dorong intake oral
14. Pertahankan aliran infus
15. Posisi pasien Trendelenburg / kaki elevasi lebih tinggi dari kepala ketika hipotensi jika perlu

Monitoring Elektrolit (2020)
1.    Monitor elektrolit serum
2.    Kolaborasi dokter jika ada ketidak-seimbangan elektrolit
3.    Monitor tanda dan gejala ketidak-seimbangan elektrolit (kejang, kram perut, tremor, mual dan muntah, letargi, cemas, bingung, disorientasi, kram otot, nyeri tulang, depresi pernapasan, gangguan ira-ma jantung,  penurunan kesadaran :   apa-tis, coma)


   Manajemen Elektrolit (2000)
1.    Pertahankan cairan infuse yang me-ngandung elektrolit
3.    Bilas NGT dengan normal salin
4.   Berikan diet makanan yang kaya kalium
5.   Berikan lingkungan yang aman bagi klien yang mengalami gangguan neurologis atau neuromuskuler
7.   Kolaborasi dokter bila tanda dan gejala ketidakseimbangan elektrolit menetap.
4.
PK: Syok hipovolemia b.d dehidrasi









Setelah dilakukan tindak-an / penanganan   selama 1 jam   diharapkan klien mempunyai perfusi yang adekuat, dengan criteria :

Kriteria hasil :
-     Amplitudo nadi perifer  meningkat
-     Pengisian kapiler singkat (< 2 detik)
-     Tekanan darah dalam rentang normal
-     CVP > atau = 5 cm H2O
-     Frekuensi jantung teratur
-     Berorientasi terhadap waktu, tempat, dan orang
-     Keluaran urin > atau = 30 ml/jam
-     Akral hangat
-     Nadi teraba
-     Membran mukosa lembab
-     Turgor kulit normal
-     Berat badan stabil dan dalam batas normal
-     Kelopak mata tidak cekung
-     Tidak demam
-     Tidak ada rasa haus yang sangat
-     Tidak ada napas pen-dek /kusmaul


1.   Kaji dan catat status perfusi perifer. Laporkan temuan bermakna : ekstremitas dingin dan pucat, penurunan amplitude nadi, pengisian kapiler lambat.
2.   Pantau tekanan darah pada interval sering ; waspadai pada pembacaan lebih dari 20 mmHg di bawah rentang normal klien atau indicator lain dari hipotensi : pusing, perubahan mental, keluaran urin menurun.
3.   Bila hipotensi terjadi, tempatkan klien pada posisi telentang untuk meningkatkan aliran balik vena. Ingat bahwa tekanan darah > atau = 80/60 mmHg untuk perfusi koroner dan arteri ginjal yang adekuat.
4.   Pantau CVp (bila jalur dipasang) untuk menentukan keadekuatan aliran balik vena dan volume darah; 5-10  cm H2O biasanya dianggap rentang yang adekuat. Nilai mendekati 0 menunjukkan hipovolemia, khususnya bila terkait dengan keluaran urin menurun, vasokonstriksi, dan peningkatan frekuensi jantung yang ditemukan pada hipovolemia.
5.   Observasi terhadap indicator perfusi serebral menurun : gelisah, konfusi, penurunan tingkat kesadaran. Bila indicator positif terjadi, lindungi klien dari cidera dengan meninggikan pengaman tempat tidur dan menempatkan tempat tidur pada posisi paling rendah. Reorientasikan klien sesuai indikasi.
6.   Pantau terhadap indicator perfusi arteri koroner menurun : nyeri dada, frekuensi jantung tidak teratur.
7.   Pantau hasil laboratorium terhadap BUN (>20 mg/dl) dan kreatinin (>1,5 mg/dl) meninggi ; laporkan peningkatan.
8.   Pantau nilai elektrolit terhadap bukti ketidak seimbangan , terutama Natrium (>147 mEq/L) dan Kalium (>5 mEq/L). Waspadai tanda hiperkalemia : kelemahan otot, hiporefleksia, frekuensi jantung tidak teratur. Juga pantau tanda hipernatremia, retensi cairan dan edema.
9
5
Takut b.d tindakan inva-sif, hospitalisasi, penga-laman lingkungan yang kurang bersahabat. (00148)

Batasan karakteristik :
-    Panik
-    Teror
-    Perilaku menghindar   atau menyerang
-    Impulsif
-    Nadi,  respirasi,  TD sistolik meningkat
-    Anoreksia
-    Mual, muntah
-    Pucat
-    Stimulus sebagai an-caman
-    Lelah
-    Otot tegang
-    Keringat meningkat
-    Gempar
-    Ketegangan mening-kat
-    Menyatakan takut
-    Menangis
-    Protes
-    Melarikan diri
Setelah dilakukan tindak-an keperawatan selama … X 24 jam rasa takut klien berkurang, dengan criteria :

Fear control (1404) :
-     Klien tidak menyerang atau menghindari sumber yang menakutkan
-     Klien menggunakan tek-nik relaksasi untuk me-ngurangi takut
-     Klien mampu mengontrol respon takut
-    Klien tidak melarikan  diri
-    Durasi takut menurun
-    Klien kooperatif saat di-lakukan perawatan dan pengobatan

Anxiety control (1402)
-   Tidur pasien adekuat
-   Tidak ada manifestasi fisik
-   Tidak ada manifestasi perilaku
-   Klien mau berinteraksi sosial







Coping enhancement  (5230)
1.   Kaji respon takut pasien : data objektif dan subyektif
2.   Jelaskan klien / keluarga tentang proses penyakit
3.   Terangkan klien  / keluarga tentang semua pemeriksaan dan pengobatan
4.   Sampaikan sikap empati (diam, memberikan sen-tuhan, mengijinkan mena-ngis, berbicara dll)
5.   Dorong orang tua untuk selalu menemani anak
6.   Berikan pilihan yang realistis tentang aspek perawatan
7.  Dorong klien untuk melakukan aktifitas sosial dan komunitas
8.  Dorong penggunaan sumber spiritual

 Anxiety Reduction (5820)
1.   Jelaskan semua prosedur termasuk perasaan yang mungkin dialami selama menjalani prosedur
2.   Berikan objek yang memberikan rasa aman
3.   Berbicara dengan pelan dan tenang
4.   Membina hubungan saling percaya
5.   Jaga peralatan pengobatan di luar penglihatan klien
6.   Dengarkan klien dengan penuh perhatian
7.  Dorong klien mengungkapkan perasaan, persepsi dan takut secara verbal
8.   Berikan aktivitas / peralatan yang meng-hibur untuk mengurangi ketegangan
9.   Anjurkan klien menggunakan teknik relaksasi
10.Anjurkan orang tua untuk membawakan mainan kesukaan dari rumah
11.Mengusahakan untuk tidak mengulang pengambilan darah
12.Libatkan orang tua dalam perawatan dan pengobatan
13.Berikan lingkungan yang tenang
14.Batasi pengunjung
6.
Cemas orang tua b.d perkembangan  penyakit anaknya (diare, muntah, panas, kembung)

Batasan karakteristik :
-          Orang tua sering bertanya
-          Orang tua meng-ungkapkan perasaan cemas
-     Khawatir
-     Kewaspadaan me-ningkat
-     Mudah tersinggung
-     Gelisah
-     Wajah tegang, me-merah
-     Kecenderungan me-nyalahkan orang lain

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … X per-temuan kecemasan  orang tua  berkurang, dengan criteria:

Anxiety control (1402)
-          Tidur   adekuat
-          Tidak ada manifestasi fisik
-          Tidak ada manifestasi perilaku
-     Mencari informasi untuk mengurangi cemas
-     Menggunakan teknik re-laksasi untuk mengurangi cemas
-     Berinteraksi sosial

Aggression Control (1401)
-    Menghindari kata yang meledak-ledak
-    Menghindari perilaku yang merusak
-    Mampu mengontrol ung-kapan  verbal

Coping (1302)
-    Mampu mengidentifikasi pola koping yang efektif dan tidak efektif
-    Mampu mengontrol ver-bal
-    Melaporkan stress / ce-masnya berkurang
-    Mengungkapkan mene-rima keadaan
-    Mencari informasi ber-kaitan dengan penyakit dan pengobatan
-     Memanfaatkan dukungan social
-    Melaporkan penurunan stres fisik
-    Melaporkan peningkatan kenyamanan psikisnya
-     Mengungkapkan membu-tuhkan bantuan
-     Melaporkan perasaan ne-gatifnya berkurang
-     Menggunakan strategi ko-ping efektif
Coping enhancement  (5230)
1.    Kaji respon cemas orang tua
2.    Jelaskan orang tua tentang proses penyakit anaknya
3.    Bantu orang tua untuk mengenali penyebab diare.
4.    Terangkan orang tua tentang prosedur pemeriksaan dan pengobatan
5.    Beritahu dan jelaskan setiap perkem-bangan penyakit anaknya
6.    Dorong penggunaan sumber spiritual

Anxiety Reduction (5820)
1    Jelaskan semua prosedur termasuk pera-saan yang mungkin dialami selama men-jalani prosedur
2    Berikan objek yang dapat memberikan ra-sa aman
3     Berbicara dengan pelan dan tenang
4     Membina hubungan saling percaya
5     Dengarkan   dengan penuh perhatian
6     Ciptakan suasana saling percaya
7    Dorong orang tua mengungkapkan pera-saan, persepsi dan cemas secara verbal
8    Berikan peralatan / aktivitas yang  meng-hibur untuk mengurangi ketegangan
9    Anjurkan untuk menggunakan teknik re-laksasi
10 Berikan lingkungan yang tenang, batasi pengunjung

7
Kurang pengetahuan kli-en / orang tua tentang diare b.d kurang informa-si, keterbatasan kognisi, tak familier dengan sum-ber  informasi.

Batasan Karakteristik :
-          Mengungkapkan ma-salah
-          Tidak tepat mengiku-ti perintah
-          Tingkah laku yang berlebihan (histeris, bermusuhan, agitasi, apatis)
Setelah dilakukan penjelasan selama … X pertemuan klien / orang tua mengetahui dan memahami tentang penya-kitnya, dengan criteria :

Knowledge : Disease Process (1803) :
-          Mengetahui  jenis / nama penyakitnya
-          Mampu menjelaskan pro-ses penyakit
-          Mampu menjelaskan fak-tor resiko
-          Mampu menjelaskan efek penyakit
-          Mampu menjelaskan tan-da dan gejala penyakit
-          Mampu menjelaskan komplikasi
-          Mampu menjelaskan ba-gaimana mencegah kom-plikasi

Knowledge : Health be-havors (1805)
-     Mampu menjelaskan pola nutisi yang sehat
-     Mampu menjelaskan ak-tifitas yang bermanfaat
-     Mampu menjelaskan cara pencegahan diare
-     Mampu menjelaskan tek-nik manajemen stress
-     Mampu menjelaskan efek zat kimia
-     Mampu menjelaskan ba-gaimana mengurangi re-siko sakit
-     Mampu menjelaskan ba-gaimana menghindari lingkungan yang  berba-haya (sanitasi kurang)
-     Mampu menjelaskan cara pemakaian obat sesuai resep
Teaching : Disease Process (5602)
1.   Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan klien / orang tua tentang proses penyakitnya
2.   Jelaskan patofisiologi diare dan ba-gaimana hal ini berhubungan dengan ana-tomi dan fisiologi dengan cara yang sesuai.
3.   Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada diare dengan cara yang sesuai
4.   Gambarkan proses penyakit diare dengan cara yang sesuai
5.   Identifikasi kemungkinan penyebab de-ngan cara yang tepat
6.   Bantu klien / orang tua mengenali faktor penyebab diare
7.   Berikan informasi upaya-upaya mencegah diare : selalu merebus air minum, mencuci tangan sebelum makan, tidak makan di sembarang tempat, merebus dot / botol susu sebelum digunakan, memperhatikan kebersihan lingkungan dll
8.   Berikan informasi pada klien / orang tua tentang kondisi / perkembangan kesehatan dengan tepat
9.  Sediakan informasi tentang pengukuran diagnostik yang tersedia
10.Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin diperlukan untuk mencegah komplikasi di masa yang akan datang dan atau proses pengontrolan penyakit
11.Diskusikan pilihan terapi atau penanganan
12.Gambarkan pilihan rasional rekomendasi manajemen terapi / penanganan
13. Dukung klien/ orang tua untuk meng-eksplorasikan atau mendapatkan second opinion dengan cara yang tepat
14. Eksplorasi kemungkinan sumber atau dukungan dengan cara yang tepat
15.Instruksikan klien / orang tua mengenai tanda dan gejala untuk melaporkan pada pemberi perawatan
16.Kuatkan informasi yang disediakan tim kesehatan yang lain dengan cara yang tepat
                                                                                                       
T       Teaching Procedur / Treatment (5618)
1.    Informasikan kepada klien dan orang tua kapan prosedur pengobatan akan di-laksanakan
2.    Informasikan seberapa lama prosedur pengobatan akan dilakukan
3.    Informasikan tentang peralatan yang akan digunakan dalam pengobatan
4.    Informasikan kepada orang tua siapa yang akan melakukan prosedur pengobatan
5.    Jelaskan tujuan dan alasan dilakukan prosedur pengobatan
6.   Anjurkan kepada klien untuk kooperatif saat dilakukan prosedur pengobatan
7.   Jelaskan tentang perasaan yang mungkin akan dialami selama dilakukan prosedur pengobatan
8.
Pola nafas tidak efektif b.d  hiperventilasi

Batasan karakteristik :
-     Penurunan tekanan inspirasi / ekspirasi
-    Penurunan ventilasi per menit
-    Penggunaan otot na-fas tambahan
-     Pernafasan nasal fla-ring
-     Dispneu
-     Ortopneu
-     Penyimpangan dada
-     Nafas pendek
-     Posisi tubuh menun-jukkan posisi 3 poin
-    Nafas pursed-lip (de-ngan bibir)
-    Ekspirasi memanjang
-    Peningkatan diame-ter anterior-posterior
-    Frekuensi nafas
  Bayi  :  < 25 atau > 60
  1-4 th  : < 20 atau > 30
  5-14 th : < 14 atau > 25
  > 14 th : < 11 atau  > 24
-    Kedalaman nafas
  Volume tidal de-wasa saat istira-hat 500 ml
  Volume tidal ba-yi 6-8 ml/kg BB
-    Penurunan kapasitas vital
-    Timing rasio

Setelah dilakukan tindakan perawatan selama … X 24  jam pola nafas efektif, dengan criteria :

Respiratory status : Airway patency (0410) :
-     Suara napas bersih
-     Tidak ada sianosis
-     Tidak sesak napas
-     Irama napas dan frekuensi napas dalam rentang nor-mal
-    Pasien tidak merasa ter-cekik
-    Tidak ada sianosis
-    Tidak gelisah
-    Sputum berkurang 

Respiratory status : ventilation (0403)
-    Respirasi dalam rentang normal
-    Ritme dalam batas normal
-    Ekspansi dada simetris
-    Tidak ada sputum di jalan napas
-    Tidak ada penggunaan otot-otot tambahan
-    Tidak ada retraksi dada
-    Tidak ditemukan dispneu
-          Dispneu saat aktivitas ti-dak ditemukan
-          Napas pendek-pendek ti-dak ditemukan
-          Tidak ditemukan taktil fremitus
-          Tidak ditemukan suara napas tambahan
Airway manajemen ( 3140)
1     Buka jalan napas, gunakan teknik chin lift atau jaw thrust bila perlu
2     Posisikan klien untuk memaksimalkan ventilasi
3     Identifikasi pasien perlunya pemasangan jalan napas buatan
4     Pasang mayo bila perlu
5     Lakukan fisioterapi dada bila perlu
6     Keluarkan secret dengan batuk atau suction
7     Auskultasi suara napas , catat adanya suara tambahan
8     Kolaborasi pemberian bronkodilator bila perlu
9     Monitor respirasi dan status oksigen

Respirasi Monitoring (3350)
1     Monitor rata-rata, ritme, kedalaman, dan usaha napas
2     Catat gerakan dada apakah simetris, ada penggunaan otot tambahan, dan retraksi
3     Monitor crowing, suara ngorok
4     Monitor pola napas : bradipneu, takipneu, kusmaull, apnoe
5     Dengarkan suara napas : catat area yang ventilasinya menurun / tidak ada dan catat adanya suara tambahan
6     K/p suction dengan mendengarkan suara ronkhi atau crakles
7     Monitor peningkatan gelisah, cemas,  air hunger
8     Monitor kemampuan klien untuk batuk efektif
9     Catat karakteristik dan durasi batuk
10  Monitor secret di saluran napas
11  Monitor adanya krepitasi
12  Monitor hasil roentgen thorak
13  Bebaskan jalan napas dengan chin lift atau jaw thrust bila perlu
14  Resusitasi bila perlu
15  Berikan terapi pengobatan sesuai advis (oral, injeksi, atau terapi in-halasi)

Cough Enhancement (3250)
1     Monitor fungsi paru-paru, kapasitas vital, dan inspirasi maksimal
2     Dorong pasien melakukan nafas dalam, ditahan 2 detik lalu batuk 2-3 kali
3     Anjurkan klien nafas dalam beberapa kali, dikeluarkan dengan pelan-pelan dan ba-tukkan di akhir ekspirasi

Terapi Oksigen (3320)
1.    Bersihkan secret di mulut, hidung dan tra-khea / tenggorokan
2.    Pertahankan patensi jalan nafas
3.    Jelaskan pada klien / keluarga tentang pentingnya pemberian oksigen
4.    Berikan oksigen sesuai kebutuhan
5.    Pilih peralatan sesuai kebutuhan :  kanul nasal 1-3 l/mnt, head box 5-10 l/mnt,  dll
6.    Monitor aliran oksigen
7.    Monitor selang oksigen
8.    Cek secara periodik selang oksigen, air humidifier, aliran oksigen
9.    Observasi tanda kekurangan oksigen : gelisah, sianosis dll
10. Monitor tanda keracunan oksigen
11. Pertahankan oksigen selama dalam trans-portasi
12. Anjurkan klien / keluarga untuk menga-mati persediaan oksigen, air humidifier, jika habis laporkan petugas
9.
Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan O2, kelemahan

Batasan Karakteristik :
-     Laporan kerja : kele-lahan dan kelemahan
-    Respon terhadap akti-vitas menunjukkan na-di dan tekanan darah abnormal
-   Perubahan EKG me-nunjukkan aritmia / disritmia
-   Dispneu dan ketidak-nyamanan yang sangat
-          Gelisah
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … x  24 jam, klien mampu  mencapai : activity toleransi , dengan indikator :

Activity  tolerance (0005)
-    Saturasi oksigen dalam batas normal ketika beraktivitas
-     HR dalam batas normal ketika beraktivitas
-     Respirasi dalam batas normal saat beraktivitas
-     Tekanan darah sistolik dalam batas normal saat beraktivitas
-     Tekanan darah diastolik dalam batas normal saat beraktivitas
-     EKG dalam batas normal
-     Warna kulit
-     Usaha bernafas  saat beraktivitas
-     Berjalan di ruangan
-     Berjalan jauh
-     Naik tangga
-     Kekuatan ADL
-     Kemampuan       berbicara saat latihan
Activity therapy (4310)
      Catat frekuensi jantung  irama, perubahan tekanan darah sebelum, selama, setelah beraktivitas sesuai indikasi
2     Tingkatkan istirahat, batasi aktivitas dan berikan aktivitas senggang yang tidak berat
3     Batasi pengunjung
4     Monitor / pantau respon emosi, fisik, sosial dan spiritual 
5     Jelaskan pola peningkatan aktivitas secara bertahap
6    Bantu klien mengenal aktivitas dengan penuh arti
7     Bantu klien mengenal pilihan untuk baktivitas
8   Bantu klien mengenal dan memperoleh akal, sumber yang dibutuhkan untuk keinginan beraktivitas
9     Tentukan kien komitmen untuk me-ningkatkan frekuensi dan atau   jarak un-tuk aktivitas
10  Kolaborasi yang berhubungan dengan fisik, terapi rekreasi, pengawasan program aktivitas yang tepat
11  Bantu klien  membuat rencana yang khusus untuk pengalihan aktivitas rutin tiap hari
12  Bantu klien / keluarga mengenal ke-kurangan mutu aktivitas
13  Latih klien / keluarga mengenai peran fisik, sosial, spiritual , pengertian aktivitas didalam pemeliharaan kesehatan
14  Bantu klien / keluarga menyesuaikan ling-kungan dengan keinginan aktivitas
15  Berikan aktivitas yang meningkatkan perhatian dalam jangka waktu tertentu
16  Fasilitasi penggantian aktivitas ketika klien sudah melewati batas waktu, energi dan pergerakan
17  Berikan lingkungan yang tidak  berbahaya untuk berjalan sesuai indikasi
18  Berikan bantuan yang positif untuk partisipasi didalam aktivitas
19  Bantu klien menghasilkan motivasi sendiri
20  Monitor emosi, fisik, sosial, dan spiritual dalam aktivitas
21  Bantu klien / keluarga monitor men-apatkan kemajuan untuk mencapai tujuan

Dysrhythmia management (4090)
Aktivitas :
1.   Mengetahui dengan pasti  klien dan ke-luarga yang mempunyai riwayat penyakit jan-ung
2.   Monitor dan periksa kekurangan oksigen keseimbangan asam basa, elektrolit.
3.   Rekam EKG 
4.   Anjurkan istirahat setiap terjadi serangan.
5.   Catat frekuensi dan lamanya serangan .
6.    Monitor hemodinamik.

4.     KESIMPULAN
Diare adalah peningkatan dalam frekuensi buang air besar (kotoran), serta pada kandungan air dan volume kotoran itu. Para Odha sering mengalami diare. Diare dapat menjadi masalah berat. Diare yang ringan dapat pulih dalam beberapa hari. Namun, diare yang berat dapat menyebabkan dehidrasi (kekurangan cairan) atau masalah gizi yang berat. Ditandai dengan anak cengeng, gelisah, suhu tubuh naik, nafsu makan berkurang kemudian timbul diare. Tinja mungkin disertai lendir dan darah. Warna tinja makin lama berubah kehijauan karena bercampur dengan empedu, daerah anus dan sekitarnya timbul luka lecet karena sering defikasi dan tinja yang asam akibat laktosa yang tidak diabsorbsi usus selama diare. Gejala muntah dapat timbul sebelum atau selama diare dan dapat disebabkan karena lambung turut meradang atau akibat gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit. Bila kehilangan cairan terus berlangsung tanpa pergantian yang memadai gejala dehidrasi mulai tampak yaitu : BB turun, turgor kulit berkurang, mata dan ubun-ubun cekung (bayi), selaput lendir bibir dan mulut, serta kulit kering. Hal ini disebabkan
1.     Faktor infeksi
a.      Infeksi enteral. Infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama diare pada anak, meliputi infeksi bakteri (Vibrio, E. coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter, Yersinia, Aeromonas, dsb), infeksi virus (Enterovirus, Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus, dll), infeksi parasit (E. hystolytica, G. lamblia, T. hominis) dan jamur (C. albicans).
b.     Infeksi parenteral. Merupakan infeksi di luar sistem pencernaan yang dapat menimbulkan diare seperti: otitis media akut, tonsilitis,bronkopneumonia, ensefalitis, dsb.
2.     Faktor malabsorbsi
Malabsorbsi karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa). Intoleransi laktosa merupakan penyebab diare yang terpenting pada bayi dan anak. Di samping itu dapat pula terjadi malabsorbsi lemak dan protein.
3.     Faktor makanan
Diare dapat terjadi karena mengkonsumsi makanan basi, beracun dan alergi terhadap jenis makanan tertentu.
4.     Faktor psikologis
Diare dapat terjadi karena faktor psikologis (rasa takut dan cemas), jarang terjadi tetapi dapat ditemukan pada anak yang lebih besar.



DAFTAR PUSTAKA

Chakraborty, Subhra, dkk. 2001. Concomitant Infection of Enterotoxigenic Escherichia coli in an Outbreak of Cholera Caused by Vibrio cholera O1 and O139 in Ahmedabad, India. JOURNAL OF CLINICAL MICROBIOLOGY Vol. 39, No. 9 p. 3241–3246.
Depkes RI. 2005. Pedoman Teknis Imunisasi Tingkat Puskesmas. Depkes RI
Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. 2008. Buku Saku Petugas Kesehatan LINTAS DIARE. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Doengoes, M.E., 2000, Rencana Asuhan Keperawatan, EGC, Jakarta.
Hidayat, Aziz Alimul. 2008. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak. Surabaya : Salemba Medika
Johnson, M., et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition. New Jersey: Upper Saddle River
Komite Medis RS. Dr. Sardjito. 2005. Standar Pelayanan Medis RS DR. Sardjito. Yogyakarta: MEDIKA Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada.
Mattingly, David., Seward,Charles. 2006. Bedside Diagnosis 13th Edition. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Mubarak, W. I., B.A. Santoso., K. Rozikin., and S.Patonah. 2006. Ilmu Keperawatan komunitas 2: Teori & Aplikasi dalam Praktik dengan Pendekatan Asuhan Keperawatan Komunitas, Gerontik, dan Keluarga. Jakarta: Sagung Seto.
Purwo Sudarmo S., Gama H., Hadinegoro S. 2002. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak: Infeksi dan Penyakit Tropis. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta: Prima Medika
Simadibrata, M, Setiati S. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi IV. Pusat Penerbitan Departemen
Sudoyo, Aru, dkk. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK UI.
Suriadi dan Rita Yulianni. 2006. Asuhan Keperawatan pada Anak Edisi 2. Jakarta : Penebar Swadaya
Widoyono. 2008. Penyakit Tropis Epidemiologi, Penularan, Pencegahan dan Pemberantasannya. Jakarta : Erlangga


3 komentar:

  1. terimakasih banyak, sangat membantu sekali

    http://www.tokoobatku.com/

    BalasHapus
  2. Ada Obat Herbal Alami yang aman & efektif. Untuk Panggilan Cure Total +2349010754824, atau email dia drrealakhigbe@gmail.com Untuk Janji dengan (Dr.) AKHIGBE hubungi dia. Pengobatan dengan Obat Herbal Alami. Untuk: Demam Berdarah, Malaria. Menstruasi yang Nyeri atau Tidak Teratur. HIV / Aids. Penderita diabetes. Infeksi vagina. Keputihan Vagina. Gatal Dari Bagian Pribadi. Infeksi payudara. Debit dari Payudara. Nyeri & Gatal pada Payudara. Nyeri perut bagian bawah. Tidak Ada Periode atau Periode Tiba-tiba Berhenti. Masalah Seksual Wanita. Penyakit Kronis Tekanan Darah Tinggi. Rasa sakit saat berhubungan seks di dalam Pelvis. Nyeri saat buang air kecil. Penyakit Radang Panggul, (PID). Menetes Sperma dari Vagina Serta Untuk jumlah sperma rendah. Penyakit Parkinson. Lupus. Kanker. TBC Jumlah sperma nol. Bakteri Diare.Herpatitis A&B, Rabies. Asma. Ejakulasi cepat. Batu empedu, Ejakulasi Dini. Herpes. Nyeri sendi. Pukulan. Ereksi yang lemah. Erysipelas, Tiroid, Debit dari Penis. HPV. Hepatitis A dan B. STD. Staphylococcus + Gonorrhea + Sifilis. Penyakit jantung. Pile-Hemorrhoid. Rematik, tiroid, Autisme, pembesaran Penis, Pinggang & Nyeri Punggung. Infertilitas Pria dan Infertilitas Wanita. Dll. Ambil Tindakan Sekarang. hubungi dia & Pesan untuk Pengobatan Herbal Alami Anda: +2349010754824 dan kirimkan email ke drrealakhigbe@gmail.com Catatan Untuk Pengangkatan dengan (Dr.) AKHIGBE. Saya menderita kanker selama setahun dan tiga bulan meninggal karena sakit dan penuh patah hati. Suatu hari saya mencari melalui internet dan saya menemukan kesaksian penyembuhan herpes oleh dokter Akhigbe. Jadi saya menghubungi dia untuk mencoba keberuntungan saya, kami berbicara dan dia mengirimi saya obat melalui jasa kurir dan dengan instruksi tentang cara meminumnya. . Saya tidak benar-benar tahu bagaimana itu terjadi tetapi ada kekuatan dalam pengobatan herbal Dr Akhigbe. Dia adalah dokter jamu yang baik.

    BalasHapus